Ini bukan soal gelar sajananya, tapi ini soal perjuangannya.
Saya pernah gagal di AKINDO Jogja saat kuliah tahun 2003, bahkan saya
nggak bisa kuliah dan nggak bisa ikut ujian semester pertama di Akindo
Jogja karena saat itu belum ada biaya, tidak "mampu" bayar kuliah tidak
membuat saya berhenti menuntut ilmu... Bahkan saya masih berkeliaran di
Kampung Akindo kurang lebih 4 tahun, walau nggak bayar kuliah, saya
masih "dianggap" sebagai salah satu mahasiswa Akindo. Saya sesekali
masuk kelas, saya sering belajar pada kakak angkatan, ataupun adik kelas
baik di luar maupun di dalam kampus...
Saya hanya orang ndeso,
miksin dan kuper, saya orang ndeso yang ingin punya pendidikan. Tapi apa
daya tahun 2003 saya belum bisa lulus di Akindo, tapi sekali lagi saya
tetap belajar di lingkungan Akindo Kampus Komunikasi Kreatif...
Saya belajar apa itu Komunikasi, apa itu Broadcasting Radio dan
Televisi... walau tidak lulus di Akindo, saya tetap mengatakan Akindo
adalah kampus saya, sampai kapanpun... karena di Akindo-lah saya belajar
dunia Film, Iklan, Radio dan Televisi... Ilmu yang begitu banyak saya
dapatkan di Akindo, walau nggak sanggup bayar kuliahnya... tapi niat
saya belajar dan terus belajar... jangankan bayar kuliah, makan dan
ngekost saja saya numpang di teman san sahabat-sahabat saya...
terimakasih sahabat-sahabat saya yang selalu membantu jaman semono, JO Ndaru Novan Toro Duval M. Irvan El Teguh Tatto Tangiawan Gatot Setiawan Koko Sadmoko Anggi Siahaan WahyuCross Classic Han's Room Rifal Riyanto Tera Forastera Dee Buffy Widi Kristianto Fajar Primasakti Diwangkara Dody Iponk Hakim Wal Oedjö
dan semua sahabat yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, termasuk
Almarhum Teguh T-koes Wicaksono yang mengajari saya menulis... tanpa
kalian aku ibarat nasi kucing ilang karete... Ambyar... terimakasih untuk tempat tinggal, makan, rokok dan kebersamaanya bertahun-tahun... juga sahabat saya di LookOut Picture Riyanto Tan Ageraha Eko Budi Antara Khusnul Khitam Fajar Martha Suryo Nugroho Tyas Kusuma Mas Guntur dan semuanya... yang sudah banyak membantu saya...
Terimakasih juga untuk penerbit Diva-Press Full dan Pak Edi Mulyono
(beliau ini sering membantu saya ketika saya di Jogja, dari menerbitkan
naskah saya, sampai ngasih uang jajan, uang makan, uang beli laptop
sampai ngasih kendaraan, plus temen curhat saat galau akut...) matur
nuhun sanget Pak sanget-sanget maur nuhun.... alhamdulillah udah nggak
galau dan udah jadi Sarjana hehhee...
Terimakasih juga sebesar-besarnya untuk si Kembar DinaDita Twin yang begitu banyak membantu dari proses pendaftaran sampai menemani saat wisuda kemarin..
Hingga akhirnya 2012 saya pindah ke Jakarta, atas bantuan Mas Fajar Nugros
sejak itu Alhamdulillah saya mendapatkan pekerjaan yang lebih dari
cukup sebagai penulis Skenario... dan eng ing eng... 2013 saya
memutuskan kuliah lagi, saya masih ingin menjadi Sarjana, impian
keluarga saya, impian kakak saya Buditato Bagus Darianto
juga impian Almarhum Mak Tua nenek saya, impian ibu dan bapak saya,
impian kakak-kakak saya adalah saya menjadi Sarjana.... saya adalah
harapan keluarga...
ehem... begitulah kira-kira... 4 tahun berjuangan kulauh sambil kerja
itu nggak mudah, tapi tetep menyenangkan... hingga akhirnya,
Alhamdulillah saya lulus dari Universitas Bung Karno
dengan gelar Endik Kuswoyo S.I.P ... gelar sarjana ini bukan untuk
saya, tapi saya persembahkan untuk semua orang, untuk sahabat-sahaba
saya yang membantu saja dari jaman semono sampai jaman now... Saya
selalu yakin, persahabatan adalah kekuatan super yang mampu membuat kita
bangkit saat kita terjatuh, persahabatan adalah kekutan super yang
mampu membuat kita memiliki kembai semagat ketika di gempur habis...
hancur digempur bangkit lagi... hancur digempur bangkit lagi...
I am really proud of you as friend, as husband. Hebat dan hebat. Dina Dita adalah perantara dari allah untuk mewujudkan mimpi keluarga Mas Endik. Tidakkah berhasil menjadi seperti sekarang kalau Mas Endiknya tidak berjuang keras.
BalasHapusSemoga ilmune bermanfaat yo Suamiku sayang. Amin