THE REAL STPRY OF JAKA TARUB
The Jaka Tarub Untold, atau The Real Story of Jaka Tarub atau Perjuangan Jaka Tarub atau apalah judulnya adalah kisah yang Legenda Rakyat yang sudah ada sejak jaman dulu, tapi Almarhum Mak Tua (Nenek saya) menceritakan dalam versi yang berbeda, konon Jaka Tarub tidaklah mencuri Selendang itu, Jaka Tarub bukan pencuri tetapi dia adalah pemuda baik yang berjuang membantu Nawangwulan mendapatkan selendangnya yang hilang (hanyut di Sungai)
Lalu kenapa cerita Jaka Tarub yang beredar sejak dulu kala, sebuah legenda yang pastinya di ketahui oleh anak-anak Indonesia ini tidak sama dengan yang diceritakan nenek saya? Begitu saya dewasa sama mencoba menelusuri, dari mana sebenarnya kisah Legenda Jaka Tarub ini berasal? Jaka Tarub berasal dari Lenda asal muasal kerajaan Mataram, nantinya Jaka Tarub atau Ki Ageng Tarub dan Nawangwulan punya keturunan hingga melahirkan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanah pendiri dinasti Mataram. Rupanya kisah Jaka Tarub ini berasal dari buku Babad Tanah Jawa, yang di tulis sekitar tahun 1722 oleh Pangeran Adilangu II dan ada juga Babad Tanah Jawa versi Carik Braga pada kisaran tahun 1788. Dari kedua sumber tersebut, kemudian perlu kita ketahui, bahwa Buku Babad Tanah Jawa yang selama ini banyak beredar ditengah masyarakat
adalah “buah karya” dari terjemahan dari
Punika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegiing Taoen 1647
yang disusun oleh W. L. Olthof di Leiden, Belanda, pada tahun 1941 Masehi.
Sebelumnya Versi Meinsma sudah duluan beredar pada tahun 1874 M. Versi Babad Tanah Jawi sendiri
sebenarnya banyak namun sekalipun banyak versi perbedaannya tidak terlalu jauh.
Jika melihat dari sejarah yang ada, pihak Belanda pada masa itu yang sudah menjajah Indonesia sengaja merubah beberapa legenda, cerita, mitos, mitologi, komologi dan dongen pada naslah Babad Tanah Jawa sudah mendapat "campu tangan" pihak Belanda. Saya meyakini kalau Jaka Tarub versi "NYOLONG SELENDANG" adalah kisah inpiratif yang di acak-acak pihak Belanda agar moral bangsa kita, anak-anak kita rusak secara perlahan dan sejak dini. Bagaimana tidak rusak jika yang di baca anak anak sebelum tidur adalah JAKA TARUB NYOLONG (Mencuri) SELENDANG kemudian mendapat istri Bidadari yang cantik dan sakti, maka POLA PIKIR, sekali LAGI POLA PIKIR anak-anak secara langsung dan tidak langsung yang tertanam adalah MENCURI ITU BOLEH, dengan pembelaan sederhana, JAKA TARUB saja mencuri selendang dapat bidadari!??
Bayangkan, jika realitasnya seperti ini, seorang ibu menasehati anaknya, "Anakku, janganlah kamu mencuri, mencuri itu dosa, tidak baik, bla bla..." terus karena anak kita pernah membaca Jaka Tarub, dia bilang begini, "Kok tidak boleh mencuri Ma?? Kok Dosa Ma?? Mam, Mama, Mama, kenapa Jaka Tarub mencuri boleh? Kenpa Jaka Taruh Mencuri tidak di hukum?? Kenapa Jaka Taruf mencuri malah dapat bidadari?? Kenapa Jaka Tarub mencuri malah bisa hidup Bahagia??" Apa jawaban kita??? Mari kita pikrikan bersama... jika kita sependapat (tidak sependapat juga boleh, hehehhe) maka jangan heran jika saat ini banyak Korupsi, banyak KKN, karena sejak kecil kita di cekoki oleh dongen-dongen yang mohon maaf, dari judulnya sudah tidak mendiri... juga dari segi ceritanya... dan dongen yang kurang mendidik itu adalah campur tangan pihak BELANDA yang sengaja merusak dongen anak-anak agar moral bangsa ini jeblok sejak dini... (pertanyaan ini perlu kajian lebih jauh lagi, ini adalah praduga tak bersalah). Apa saja cerita atau dongeng yang kita ketahui??
LEGENDA SANGKURIANG --- Pahami baik baik, dalam cerita Sangkuriang, seolah-olah di SAH-kan hubungan manusia dengan (maaf) Anjing. Sangkurian jatu cinda dengan ibunya, Ibunya sangkurian suaminya Anjing.
KANCIL NYOLONG TIMUN --- Lagi lagi kancil "mencuri timun", dari judulnya saja sudah nggak seru, "Mencuri..."
Okelah, kembali pada JAKA TARUB, menurut versi nenek saya, begini ceritanya....
Di desa
Widodaren, hiduplah seorang pemuda gagah bernama Jaka Tarub (25 tahun) Jaka
Tarub tinggal bersama ibunya Nyi Sekar (60 Tahun), Nyi Sekar adalah seorang
penjual tempe di pasar Desa Widodaren. Kehidupan keluarga itu sangat sederhana.
Setiap pagi, ketika orang lain masih tidur, Jaka Tarup sudah mengantarkan
ibunya ke pasar membawa dagangan.
Di pasar
Desa, setelah mengantarkan Nyi Sekar, biasanya Jaka Tarub berkumpul dengan
beberapa temannya di depan pasar, di sebuah warung kopi kecil, bukan sekedar
nongkrong tetapi Jaka Tarub menunggu rezeki, siapa tau ada orang yang
membutuhkan jasanya, ya, Jaka Tarub nyambi sebagai kuli serabutan sambil
menunggu ibunya dagang. Jaka Tarub yang tergolong pemuda miskin ini sebenarnya
jatuh hati dengan Nilam, putri Pak Lurah yang cantik jelita, tetapi ibarat
punguk merindukan Bulan, Jaka Tarub hanya bisa berhayal untuk meminang Nilam.
Apalagi Nilam sebagai kembang desa Widodaren, pastilah banyak yang Naksir. Tak Jarang, di pasar desa itu Jaka Tarub
terlibat perkelahian dengan preman-preman pasar yang suka mengganggu para
pedagang yang rata-rata sudah tua.
Sutau hari, di rumahnya yang sederhana, Nyi Sekar panik, tempe buatannya
belum jadi. Sementara hari sudah pagi, Jaka Tarub juga panik, kalau tempe belum
jadi, bagaimana di jual? Akhirnya dengan penuh harap, Nyi Sekar dan Jaka Tarub
tetap berangkat, sepanjang jalan, mereka berdua berharap sampai di pasar tempe
sudah jadi. Akan tetapi, sampai di pasar, tempe belum juga jadi. Nyi Sekar
tetap menunggu pembeli, walau beberapa pelanggannya tidak jadi membeli tempe
karena belum jadi. Sampai hampir tengah hari tempe juga belum jadi, Jaka Tarub
kasian pada ibunya, dia mengajak ibunya pulang walau tak ada sepotong tempe pun
yang laku, Nyi Sekar dan Jaka Tarub tampak sedih, hari ini mereka tak dapat
uang. Pasar sudah sepi, semua sudah pulang, tetapi ketika Jaka Tarub hendak
mengangkat dagangan itu, dantang Nilam, anak pak Lurah itu mencari tempe, Nyi
Sekar meminta maaf, tempenya belum jadi, mungkin nanti malam atau besok pagi
baru jadi, Nilam malah seneng banget, justru itu yang dia cari, tempe belum
jadi karena mau di bawa ke kota besok pada sama ayahnya, buat oleh-oleh kunjungan
ke rumah Adipati. Tempe itu di borong
semua oleh Nilam, disini Jaka tarub menawarkan diri mengantarkan tempenya
sampai ke rumah Pak Lurah. Nilam langsung pulang bersama Jaka Tarub membawa
tempa itu. Nyi Sekar bilang, inilah takdir, ternyata Tuhan punya rencana lain
terhadap tempenya yang belum jadi itu. Di sepanjang jalan, Jaka Tarub yang
mengantarkan Nilam di ejek beberapa temannya, seperti majikan dan pembantu,
Jaka Tarub menyadari itu, dia semakin minder dan berusaha membuang perasaan sukanya
pada Nilam Si kembang desa.
Jika sore
hari, sepulang dari pasar Desa, Jaka Tarub biasanya pergi ke hutan mencari kayu
dan dedaunan untuk bahan membuat tempe ibunya. Suatu hari, ketika di hutan
bersama beberapa temannya, Jaka Tarub kaget mendengar suara-suara gaduh dari
arah sungai. Dengan hati-hati Jaka Tarub menuju ke sungai itu, teman-teman Jaka
Tarub ikut mendekat. Alanglah tekejutnya mereka semua ketika dia melihat 7
bidadari cantik baru saja mandi di sungai, dan salah satu Bidadari itu menangis,
Jaka Tarub melarang teman-temannya mendekat, mereka melihat kejadian itu dari
tempat bersembunyi. Nawangwulan, bidadari yang menangis itu ternyata kehilangan
selendangnya. Jaka Tarub terus memperhatikan, Nawangwulan tidak bisa kembali ke
Khayangan karena selendangnya hilang. Nawangwulan yang sudah putus asa akhirnya
membuat sayembara, barang siapa yang bisa menemukan selendangnya, kalau
perempuan akan dijadikan saudara, kalau lelaki akan di jadikan suami. Jaka
Tarub kemudian memberanikan diri, dia muncul mendekati para bidadari. Jaka
Tarub ingin mengikuti sayembara itu, teman-temannya juga ikut semua. Disini
Jaka Tarub menanyakan di mana terakhir kali selendang itu berada? Nawang Wulan
dan bidadari lainnya menunjukkan tempat mereka menaruh pakaian dan selendang.
Jaka Tarub sangat yakin kalau selendang itu hanyut di sungai. Jaka Tarub
langsung melesat, menelusuri sungai. Tetapi teman-teman Jaka Tarib malah sibuk
mencari disekitar tempat itu. Nawangwulan sedih, dia berharap selendangnya bisa
ketemu. Para Bidadari menunggu situ, tetapi mereka takut, sebentar lagi malam,
para bidadari harus segera kembali ke kayangan.
Jaka Tarub terus
menelusuri sungai, dengan keyakinannya dia terus menelusuri sungai. Tidak mudah
bagi Jaka Tarub untuk menemukan selendang itu, beberapa kali dia mendapat
halangan dan rintangan. Mampukah Jaka Tarub mendapatkan selendang Nawangwulan? Lalu bagaimana kisah selanjutnya? -----
Di Tuban Jawa Timur ada sendang yg diyakini sebagai tempat para bidadari mandi :-)
BalasHapusnge-blog juga mas endik euy
BalasHapus