Jika kita tidak berani memulai, maka orang lain yang mendahului...

FILM CINTA DI KOTA RAJA - TAYANG DI MALAYSIA DAN BRUNEI --

 "Jika kita tidak berani memulai, maka orang lain yang mendahului... "


Sutradara
Penulis
Pemeran , , ,
Tanggal edar di Indonesia:
Tanggal edar di Malaysia dan Brunei: 15










Sinopsis Film Erau Kota Raja.



Erau Kota Raja akan menceritakan tentang sebuah kisah cinta sepasang pemuda di tengah Pesta Adat Erau di Tenggarong, Kalimantan Timur. Diharapkan melalui film Erau Kota Raja ini, Kabupaten Tenggarong, khususnya kebudayaan Erau akan semakin dikenal luas masyarakat Indonesia lebih-lebih dunia.

SINOPSIS

SENJA DI KOTA RAJA
Draf 2 – Mei – 2014
Penulis: Endik Koeswoyo


Adegan dimulai dengan establish kota Jakarta di malam hari. Gedung-gedung menjulang tinggi, lalu tampak di sebuah gedung kaca yang megah, ada KIRANA (26 tahun) sedang menulis, sedang menulis cerita tentang kehidupan, menurut versinya. Bahwa KIRANA masih belum menemukan makna yang tepat tentang kata “jodoh” terlalu banyak makna di benaknya tentang jodoh. Kapan seseorang itu disebut berjodoh? Ketika mereka mulai jatuh cinta lalu pacaran? Kalau putus berarti bukan jodoh? Bahkan sampai usia KIRANA 26 tahun, dia baru pacaran sekali. KIRANA sekarang milih sendiri, karena dia yakin Tuhan lagi nyiapin jodoh buatnya, seorang calon suami yang tangguh, calon ayah yang teduh dan calon menantu yang patuh.
KIRANA adalah seorang jurnalis di sebuah majalah Wisata, Seni dan Budaya ternama di Indonesia. Hari itu dia sangat kesal karena mendapat tugas untuk melakukan liputan ke luar kota, alasannya sederhana, hanya KIRANA yang belum berumah tangga dari sekian banyak jurnalis yang bekerja di media itu, jadilah KIRANA satu-satunya jurnalis yang ditugaskan liputan ke Kutai Kartanagara. Tugas utamanya sebenarnya hanya meliput Festival Erau. KIRANA harus mempersiapkan semuanya yang serba dadakan itu.
Setibanya di Kutai Kartanagara, KIRANA langsung menuju ke hotel. Tetapi karena dadakan, di hotel itu, KIRANA tidak mendapatkan kamar karena full. KIRANA semakin bete, walaumanager hotel berusaha membantu KIRANA untuk mendapatkan hotel lain.
Di hotel tersebut sedang ada pameran seni dan budaya, sambil menunggu waktu, KIRANA melihat-melihat pameran. Disinilah KIRANA bertemu dengan REZA (27 tahun) REZA yang membuat event itu. REZA masih berharap manager hotel mau menerima pengajuan proposal yang baru saja mereka bicarakan. Tetapi Manager Hotel masih menolak, masih butuh meeting lagi dengan para direksi dan pemilik hotel. PAK CAMAT yang mengantarkan REZA udah uring-uringan juga karena sudah 4 kali mereka datang ke sini dan tidak ada tanggapan, hanya janji-janji saja. Saat itu KIRANA menemui Manager Hotel, Manager menjanjikan hotel untuk KIRANA 2 hari lagi. KIRANA minta dicarikan hotel lain, tetapi Manager bilang semua hotel di Kutai Kartanagera penuh, karena ada festival ERAU, agenda Internasional. Ridho sahabat REZA malah menawarkan KIRANA untuk menginap di rumah Pak Camat. Menurut Ridho pemerintah mempunyai program baru, tamu yang tidak kebagian Kamar Hotel disediakan rumah-rumah warga, atau rumah dinas milik pemerintah sebagai tempat menginap tamu selama event Erau berlangsung. Pak Camat menyetujui usulan Ridho.    
Dengan terpaksa KIRANA menerima tawaran Ridho dan PAK CAMAT. KIRANA, REZA, RIDHO dan PAK CAMAT pulang bersamaan. Dan KIRANA makin pusing karena rumahnya ternyata jauh dari kota, karena PAK CAMAT rumahnya 2 jam dari kota Kutai Kartanegara. Tapi karena sudah terpaksa ikut dan tidak mungkin kembali KIRANA hanya pasrah. Yang penting ada sinyal untuk kirim berita ke kantornya.
Sambil menunggu kamar hotel yang dijanjikan Manager Hotel, akhirnya KIRANA memilih tinggal di rumah PAK CAMAT, sosok Camat yang ternyata sangat bijak. Rumahnya sederhana, walau di kampung. PAK CAMAT, tinggal bersama 2 orang anaknya yang kembarl, RITA dan RETI (12 tahun) serta BU CAMAT yang sangat ramah.
Sementara itu REZA di rumahnya sedang di marahi BU TATI ibunya REZA. Bu TATI menganggap apa yang dilakukan REZA sangat jauh dengan harapannya sebagai seorang Ibu. Bu TATI berharap REZA mau bekerja ke kota, kerumah sakit besar biar jadi Dokter beneran, bukan malah sibuk ngurusin orang kampung. Bu TATI juga menuduh kalau PAK CAMAT itu sengaja memanfaatkan REZA untuk kepentingannya sendiri. REZA tidak menanggapi omelan ibunya.
Di desa ini KIRANA sangat senang, bisa berdiskusi dengan penduduk lokal, bisa berbicang dengan ibu-ibu yang membuat hand made dan kerajinan tangan khas Kutai Kartanegara. KIRANA juga bisa makan bareng nelayan di sana. KIRANA mulai menyukai kehidupan di Kutai, dia mulai menyukai kehidupan masyarakatnya. Disini KIRANA mulai sadar kalau REZA adalah sosok pemuda desa yang sangat peduli dengan kehidupan orang-orang disekitarnya. REZA juga bersedia mengantarkan KIRANA ke beberapa tempat, walaupun atas perintah Pak Lurah.
Singkat cerita REZA dan KIRANA semakin dekat. Ketika sedang melihat-melihat kehidupan seni dan budaya masyarakat. Kedekatan REZA dan KIRANA membuat keduanya semakin nyaman berteman. Bahkan ketika Festival Erau dimulai, KIRANA mendapatkan akses  ke tempat-tempat penting untuk liputan. Apalagi PAK CAMAT dan BU CAMAT juga sebagai panita dalam event Internasional itu. KIRANA merasa sangat beruntung bisa menyaksikan dan meliput event itu dengan sangat dekat. Melalui REZA, KIRANA tau banyak mengenai budaya dan tradisional Kutai Kartanegara.
Akan tetapi lambat laun kedekatan REZA dan KIRANA membuat ALIA tetangga REZA, yang naksir REZA cemburu. Begtu juga dnegna Ridho sahabat REZA yang merasa menemukan KIRANA pertama kali sebelum REZA. KIRANA tidak pernah tau kalau REZA punya penggemar bernama ALIA. KIRANA asik sendiri dengan liputannya. Semua agenda di festival Erau dia ikutin, baik ada REZA ataupun enggak. KIRANA sangat menikmatinya, Bahkan KIRANA, RETI dan RITA malah ikut beberapa lomba olah raga tradisional. KIRANA benar-benar membaur. Bagimana kisah selanjutnya? :)


 ERAU KOTA RAJA JUGA HADIR DALAM VERSI NOVEL


- Berikut Ini cuplikan beberapa REVIEW FILM ERAU KOTA RAJA

1. Flick Review : Erau Kota Raja

.... Cukup sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Bambang Drias dalam debut penyutradaraannya, Erau Kota Raja. Awalnya, film yang naskah ceritanya ditulis oleh Endik Koeswoyo dan Rita Widyasari ini terlihat sebagai sebuah film drama yang mencoba untuk menggali keindahan alam dan budaya dari wilayah Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Hal ini banyak disampaikan melalui deretan dialog antara para karakternya hingga sajian gambar-gambar mengenai alam sekitar maupun kegiatan seni budaya di daerah tersebut – meskipun, sayangnya, tidak pernah dihadirkan dengan tata sinematografi yang lebih mampu untuk menangkap deretan momen tersebut. .....

SUMBER: http://flickmagazine.net/review/2776-erau-kota-raja.html

2. REVIEW FILM ERAU KOTA RAJA

... Terlepas dari nilai kurang positif tadi, film ini patut diacungi jempol karena menghadirkan berbagai keunikan yang jarang ditemukan film lain
  • Budaya Kutai yang sangat jarang diangkat ke dalam layar lebar
  • Realitas konflik batin antara seorang lelaki yang bimbang antara ibu versus orang lain yang dicintainya, ya bagaimana pun juga dengna berbagai sebab hal tersebut sedang marak
  • Kirana akhirnya memilih menyingkirkan dirinya sendiri setelah sadar bahwa bagi Reza, sosok ibu merupakan prioritas yang tak terbantahkan
  • Reza berlapang dada dengan kepergian Kirana
  • Mengangkat fenomena para pemuda di luar kota besar yang berbondong-bondong membangun karir dengan dengan mengabaikan daerah asalnya
  • Dan ini yang buat saya paling keren, ending yang tidak happy ending. Tentunya definisi happy ending ini adalah pupusnya hubungan Kirana dengan Reza, konsep yang jarang diberanikan di skenario film Indonesia. Dengan ending yang agak ngegantung pun sebenarnya sangat memancing penonton dan juga tim produksi film Erau untuk membuat angan-angan mengenai kelanjutannya ....
SUUMBER: http://r5alburuj.blogspot.com/2015/01/review-film-erau-kota-raja.html

3.

Erau Kota Raja, Sebuah ‘Iklan Pariwisata’ yang Gagal

.... Erau Kota Raja, awalnya saya penasaran dengan film yang mengusung tema salah satu budaya tanah air ini, bagaimana agungnya festival Erau itu sendiri atau latar belakang/sejarah Erau. Harapan saya sih, paling tidak, seandainya Nadine Chandrawinata tidak mampu berakting dengan baik, film besutan sutradara Bambang Drias ini mampu menjadi salah satu ‘iklan pariwisata’ yang sukses.
Dugaan saya meleset seratus persen. Secara garis besar, cerita dalam film ini cukup menarik, namun gagal dalam eksekusi. Entah apa yang membuat film ini terasa tidak maksimal dalam produksinya. Mulai dari alur yang tidak nyaman untuk dinikmati, pengambilan gambar yang kurang menarik, dialog-dialog yang kurang teratur, serta akting yang tidak bernyawa. Agaknya Nadine dan Denny sendiri tidak mampu menjalin chemistry sehingga kesan yang ditinggalkan amat datar. Saya seperti menonton berita tentang liputan sebuah festival di suatu tempat. Selain itu entah mengapa banyak sekali adegan Kirana memotret di sepanjang film, padahal sepengetahuan saya tugas jurnalis tidak hanya memotret. ...

SUMBER: http://metrojateng.com/2015/01/09/erau-kota-raja-sebuah-iklan-pariwisata-yang-gagal/



- Berikut ini cuplikan beberap REIVEW NOVEL ERAU KOTA RAJA

1.Resensi ERAU KOTA RAJA - Meriahnya Erau Tumpas Galau

..... Di awal halaman pertama, saya terkesima ketika disodori kalimat-kalimat indah dan tak biasa yang menunjukkan pertarungan batin dua tokoh. Kayaknya saya bakal menyukai gaya bahasanya, nih

Tapi, ternyata, keindahan bahasa itu makin ke belakang makin luruh. Meski tidak sepenuhnya hilang, tapi saya merasa keindahan gaya bahasa narasinya semakin klise. Meski begitu, saya mengagumi konsistensi penulis dalam penggunaan gaya bahasa santai untuk dialog. Saya juga mengapresiasi penulisan tagline di setiap awal bab, yang juga bisa dibilang merupakan rangkuman inti tiap bab yang ingin ditekankan penulis.
Eh, tapi ada pengecualian, nih, untuk gaya bahasa yang digunakan Reza untuk bicara. Saya heran, ini manusia apa buku ensiklopedia? Ia memaparkan berbagai hal seputar sejarah Erau dan tempat-tempat di Kutai dengan pilihan kata yang sama sekali tidak seperti obrolan. Seolah-olah ia sedang membacakan berita, bukannya berdialog dengan Kirana. Hmmm, mungkin penulis memang membuat tokoh Reza seperti itu.
“Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara… Dalam perkembangannya, selain sebagai upacara penobatan raja, upacara Erau juga untuk… Festival Erau yang kini telah masuk dalam calendar of events pariwisata nasional….” (halaman 113-114)
Eh, tapi, ada yang bisa mengantisipasi kejenuhan, kok: penggunaan metafora yang cukup unik. Hihihi.
“Capek dengerin penjelasan kamu yang cuma muter-muter kayak kipas.” – Kirana (halaman 18)

Meskipun judulnya Erau, tetapi inti ceritanya bukanlah Festival Erau itu sendiri, melainkan masalah tentang jodoh. Apa, sih, jodoh itu? Apa definisi jodoh = takdir Tuhan = sosok pangeran berkuda putih yang dinanti-nantikan itu masih relevan di masa sekarang? Kalau menurutmu bagaimana? Apa kau sependapat dengan Kirana, yang akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri (pertanyaan di awal cerita itu)?  .....

SUMBER: http://kimfricung.blogspot.com/2014/12/resensi-erau-kota-raja-meriahnya-erau.html

2.  ERAU KOTA RAJA REVIEW GOODREADS 's review

.... Di samping bercerita soal kisah antara Kirana dan Reza. Novel ini juga mengajak kita untuk menjelajah Kutai Kartanegara, lebih tepatnya ke tempat wisata-wisatanya. Entah kenapa, pada saat membacanya saya justru lebih tertarik untuk membayangkan tempat-tempat yang dideskripsikan di novel ini. Rasanya suatu saat nanti saya ingin sekali pergi ke Kutai (mungkin bisa diagendakan untuk pilihan tempat KKN tahun depan, hehe). But seriously, novel ini saya pikir cukup bagus. Tanpa “meninggalkan” fokus ceritanya, novel ini tetap dapat imbang dalam mengeksplorasi beberapa hal tentang Kutai .....

SUMBER: https://www.goodreads.com/review/show/1138774455?book_show_action=true&page=1

3. Baca Biar Beken!: Erau Kota Raja

....."Beruntunglah mereka yang bekerja dengan hati, mereka yang mencintai pekerjaan, dan bekerja dengan bahagia." 

Walau novelnya tipis dan bisa selesai dalam satu-dua kali duduk, banyak hal baru yang saya dapatkan dari novel ini, terutama yang terkait dengan festival Erau yang ternyata sudah masuk dalam kalender tahunan pariwisata Republik Indonesia. Dari novel ini, saya semakin disadarkan betapa Indonesia begitu kaya akan aneka ragam budaya, yang jika bisa dikelola dan dipromosikan dengan baik (sebagaimana yang dilakukan oleh Reza) pasti mampu mendatangkan banyak wisatawan untuk berkunjung, baik wisman maupun domestic (ini review apa lembar jawab ujian PPKN ya? wkwkwk)

Perpaduan antara cerita cinta dengan budaya lokal memang bukan tema yang baru dalam dunia kepenulisan di Indonesia. Sebelum Erau, ada Kei dan Nias, serta Toraja yang menggunakan model "fiction-travelling". Namun, Erau memberikan warna tersediri bagi saya karena daerah yang diangkat dan festival yang disertakan di dalamnya berasal dari kawasan yang mungkin belum terlalu dikenal, yakni Kutai Kartanegara (atau mungkin karena sayanya yang kuper hiks). Gara-gara Erau ini saya sampai gooling buat mencari kalung sesuatu (lupa namanya) yang konon hanya ada dua biji di dunia, satunya di India dan satunya lagi di sebuah museum di Kutai Kartanegara. Keren kan ya? keren yak gue kepo? Udah malam, iyain aja ih biar cepet zzzzzz *plak

Selain lebih tahu tentang festival Erau, novel ini juga berisi banyak sekali kalimat-kalimat yang quotable, yang oleh penulis sudah dicuplikkan sebagai judul-judul babnya. Saya jadi bisa langsung comot tanpa repot-repot menempelkan stiker post it notes warna ijo ngejreng di bukunya. Lagian, itu buku pinjeman dan ngak boleh asal ditempelin (bilang aja elu males, Yon!) Walau judulnya Erau, tapi novel ini lebih banyak membahas tentang *uhuk* jodoh *uhuk* serta sa;ah satu problem klasik yang dihadapi oleh kaum muda yang mapan ala metropolitan, yakni tentang jodoh. Tapi, kehadiran Reza memberikan warna lain tentang jodoh dalam Erau. 

Erau berkisah tentang Kirana (di filmnya diperankan oleh Nadine Candrawinata aww) yang tengah galau karena tidak kunjung dilamar oleh pacarnya (diperankan oleh Doni, iya DONI ADA BAND yang itu!). Kirana ini galau karena usianya sudah beranjak 26 (err saya mau lihat KTP saya dulu) namun Doni tidak juga memberikan kepastian tentang kapan cowok itu akan melamarnya. Setelah mengalami kegalauan berkepanjangan, Kirana akhirnya memutuskan Doni, dan kemudian dia galau lagi. Dalam kondisi galau gitu, si bos masih tega-teganya memberikan tugas kepada Kirana untuk meliput festival Erau di Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. Rese nggak sih? Habis putus malah suruh pergi-pergi! ....

SUMBER: http://dionyulianto.blogspot.com/2015/01/erau-kota-raja.html








Nah... Dari sederet Review itu, ehm... saya sengaja mencantumkan SINOPSIS VERSI ASLI YANG SAYA TULIS.. ada bulan MEI di bawah judul SINOPSIS...  ada beberapa yang perlu saya tanggapi datas masukknya banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada saya. Tetap tanggapan saya ini hanya sebatas dari sudut ceritanya saja.

1. Saya mengakui FILM ERAU memang jauh dari sempurna, baik itu alur ataupun pola tutur dalam sekenario saya mengakui masih bisa dibilang jauh dari rasa PUAS, (Ini dari saya sebagai penulis loh ya...) Bulan Mei membuat Sinopsisnya, dan Bulan JUNI langsung terbang ke Kutai Kartanegara bersama TIM PRODUKSI untuk RISET, di Kutai tidak sampai 1 Minggu, langsung menulis skenarionya, kebayang nggak? Seminggu riset langsung nulis? Bayangin aja, di hotel, sambil makan, di mobil sambil riset, bahkan di bandara dan di dalam pesawat saya memeras otak mengutak atik skenario dan DONE, 4 hari Skenario DRAF 1 Selesai... ENG ING ENG... Seminggu kemudian di utak atik lagi menjadi DRAF 2 dan semua pemain dan semua crew sudah berada di lokasi, sudah di Tenggarong dan suda siap syuting... Kebayang nggak? Kalau tidak di tangin oleh TIM PRODUKSI yang handal.. ehmm.. apa jadinya? hehehhe... Tapi begitulah realitanya. Proses penulis dan riset menurut saya pribadi masih kurang... sangat-sangat kurang... (ini NOTE buat saya sendiri ya)

2. Ketika mendengar Kutai Kartanegara, pasti dong yang keinget adalah Kabupaten KAYA RAYA... "PASTI buget nulisnya gede ya Mas?" -- "Wah traktir-traktir dong Mas, kan dapat proyek gede dari Kaltim," dan bla.bla ... lainnya... Ehmmm saya mau menerima tawaran menulis Skenari Film Erau bukan karena soal buget, bahkan kalau di bilang ERAU KOTA RAJA adalah skenario yang saya tulis dengan "BUGET" paling kecil dari 4 Skenario FILM yang pernah saya tulis sebelumnya. KENAPA? Karena saya tertatang untuk menulis sesuatu yang "BEDA" seni dan budaya menurut saya keren untuk diangkat sebagai sebuah film...

3. SOAL NOVEL?? Oh iya satu lagi, masih soal novel, banyak juga yang bertanya, "Di bayar berapa nulis novel ERAU? Pasti gede ya? Pasti banyak duit? Bla... bla..." Ya namanya juga bekerja sama dengan pemerintakan, pasti yang di bahas duit dan duit, dengan terpaksa saya nulis disini deh buat konfirmasi, novel ERAU KOTA RAJA saya tulis dan saya terbitkan tanpa ada anggaran satu rupiahpun dari Pemerintakan KUTAI KARTANEGARA... "WHAT?? NGGAK MUNGKIN!!" Pekit seorang teman ketika saya mengatakan itu, "Masak nggak ada buget buat nulisnya?" Saya senyum aja, "Cinta, ya, rasa cinta kepada dunia penulis dan rasa cinta saya terhadap seni dan budaya bangsa Indonesia ini yang membuat saya mau menulis dengan "IKLAS" Novel ERAU KOTA RAJA saya tulis dengan iklas, saya sendiri yang memilih penerbitnya, saya sendiri yang utak-atik ceritanya, dan saya sendiri yang meminta bantuan kepada beberapa teman JARINGAN PENULSI INDONESIA untuk memberikan sentuhan pada novel ERAU KOTA RAJA, ada RARA AYWARA, ROFIE K, ADIT MAHATVA, MAS SENO, mereka-mereka ini yang membantu saja menulis novelnya, ada yang dibayar? OHHH MERAPI DAN LAUT, tidak ada ... sekali lagi saya menulis skenario dan novelnya atas dasar RASA CINTA.. CINTA PADA dunia menulis dan CINTA pada Seni dan Budaya, apa untungnya? Yang jelas saya tidak rugi, ketika novel di terbitkan dan di edarkan ke seluruh TOKO BUKU DI INDONESIA, sejak saat itulah saya dapat royalti dari penjualan buku itu.... hehhehehe....


Saya suka menulis dan terus menulis... dengan FILM yang tayang di Bisokop Indonesia, Brunei dan Malaysia, ERAU KOTA RAJA sudah mengantarkan saya menaiki satu pijakan anak tangga, setapak demi setapak saya menanjakin, banyak ilmu yang saya dapat, pun demikian dengan pengalaman hidup. Erau membuat saya sadar, ada yang jauh lebih penting ketimbang uang, yaitu EKSISTENSI... apaan coba? hehehhe....

Yang jelas apapun apresiasi terhadap FILM dan NOVEL Erau Kota Raja, saya sebagai penulis selalu dengan lapang dada menerima kritik, saran dan masukan. Selamat menikmati karya sederhana ini....

"Jika kita tidak berani memulai, maka orang lain yang mendahului... "

SALAM INDONESIA!
SALAM NUSANTARA KAYA!










DAPATKAN PENAWARAN HOTEL-HOTEL TERBAIK INDONESIA DI SINI
Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Scriptwriter. Freelance Writer. Indonesian Author. Novel. Buku. Skenario. Film. Tv Program. Blogger. Vlogger. Farmer

Posting Komentar untuk " Jika kita tidak berani memulai, maka orang lain yang mendahului... "


Endik Koeswoyo

SimpleWordPress

 

SimpleWordPress