Selamat Natal dan Sepasang Sahabat Kecil



Selamat Natal dan Sepasang Sahabat Kecil

Di Jakarta, hiduplah sepasang sahabat kecil, sekali lagi ini sahabat kecil, masih anak-anak, usianya sama, 7 tahun pada penghujung 2013 ini. Sebelum kau lanjutkan membaca kisah ini, perhatikan sekali lagi usia mereka, masih 7 tahun. Jangan nanti kau protes kisah ini karena tidak sesuai dengan inginmu. Karena ini cerita anak-anak, berpikirlah dengan cara anak-anak pula.

Sepulang mengaji dari mushola yang dibangun di atas sebuah lahan sempit diantara jalan dan ribuan rumah-rumah yang lebih megah, Atya Si gadis 7 tahun ini sudah ditunggu oleh Ronald, pemuda kecil berusia 7 tahun, teman sekolahnya. 

Ronald menyodorkan sebuah buku tulis, “Tya, ini bukumu yang aku pinjam tadi pagi,” tetapi Atya diam, dia menatap Ronald, bingung. Bukan karena hari itu Ronald dandanannya super keren dengan setelan jas dan dasi kupu-kupu, bukan Karena Ronald hari itu wangi dan membawa Alkitab yang dipeluknya erat, bukan karena itu.

Jangankan aku yang memperhatikan keduanya dari teras Mushola, tetapi aku yakin Ronald Si ganteng itu juga bingung dengan sikap Atya. “Kenapa kau Atya?”

Atya terlihat sedih, “Abi melarang aku mengucapkan Selamat Natal buat kamu,” kata Atya dengen bibir gemetar.

Ronald tersenyum, “Ayah kamu benar, tidak perlu kau ucapkan padaku selamat natal, cukuplah kau tulis pada selembar kertas, SELAMAT NATAL RONALD, lalu  berikan padaku, kau tidak mengucapkannya, kau tidak dosa,” kata Ronald sambil senyum.

“Bukan, bukan soal itu yang membuat sedih, aku sedih karena hidupmu dan keluargamu pasti terganggu,” kata Atya.

“Enggak kok, setiap Agama punya aturan sendiri-sendiri, “ Ronald menunjukkan Alkitabnya, dan kemudian menujuk Al Quran yang dipeluk Atya.

“Bukan soal Selamat Natal Ronald yang membuat aku sedih, tetapi aku sedih karena setiap hari kamu harus mendengarkan Adzan sebanyak 5 kali, Iqomah 5 kali, karena rumahmu dekat dengan Masjidku, kalau Pendetamu mengharamkan itu bagaimana? Apa kamu akan pidah rumah yang jauh dari Masjid dan kita tidak akan menjadi sahabat lagi?“ 

Aku terdiam, aku menunduk semakin dalam. Kuperhatikan Atya dan Ronald masih berbincang tak jauh dari Mushola. Aku sekali terdiam, menunduk semakin dalam. Atya benar, sebagai Nasrani Ronal memang setiap hari harus mendengarkan kumandang Adzan, sementara setahun sekali Atya mau mengucapkan Selamat Natal tetapi di larang oleh Abi, Ayahnya. 

Ronald senyum, Atya menunduk, “itu tidak adil Ronald,”
Ronald sekali lagi tersenyum, “Keadilan hanya milik Tuhan…”

Jakarta, 24 Desember 2013


 




Salam Budaya: @endikkoeswoyo Mari Mencintai Indonesia Apa Adanya MANFAATKAN BLOG ANDA DENGAN MENGIKUTI KUMPUL BLOGER
Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Scriptwriter. Freelance Writer. Indonesian Author. Novel. Buku. Skenario. Film. Tv Program. Blogger. Vlogger. Farmer

Posting Komentar untuk "Selamat Natal dan Sepasang Sahabat Kecil"


Endik Koeswoyo

SimpleWordPress

 

SimpleWordPress