Sebuah Cerpen Berjudul Anjing

Sebuah Cerpen Berjudul Anjing

Entah telah berapa lama aku tidak menulis cerpen…. Dan hari ini seseorang memintaku menulis cerpen untuk hadih ulang tahunnya… Selamat ulang tahun sobat…. Hanya sebait kalimat ini yang aku berikan untuk ulang tahunmu, dan semoga apa yang engkau cita-citakan tercapai dan hidup bahagia dengan kelurga tercintamu….

Ku awali dengan kalimat Bismillah….

Mendung itu tampak majemuk, ada warna biru, kekuningan jingga dan sedikit pekat. Mungkin sama dengan cinta, cinta juga majemuk seperti mendung terkadang ada hitam terkadang ada putih. Namun ada juga yang mengatakan cinta itu biasa saja, dan wajar-wajar saja. Sudahlah, ini bukan soal cinta, ini bukan soal mendung, ini hanya soal anak anjing.
“Haram katanya memakan daging Anjing, najis katanya jika terkena liur anjing. Lalu kenapa anjing itu ada ke muka bumi?”
“Mungkin sama dengan penciptaan nyamuk oleh Sang Tuhan. Nyamuk itu menjijikkan dan mengganggu tidur plus membawa banyak penyakit. Kenapa Sang Tuhan menciptakan nyamuk? Sederhana saja jawabnya, dari adanya nyamuk ribuan pekerja bisa menghidupi keluarganya dari pabrik-pabrik yang membuat obat nyamuk, dokter dan ratusan pekerja lainnya, memnghidupi keluarganya dengan menjadi musuh nyamuk,”
Aku diam, menatap jauh ke depan, kepada seekor anak Anjing yang masih menyusu pada induknya yang lelap. Anjing memang majemuk, terutama warnanya. Ada yang putih, pink, orange dan jenisnya juga majemuk, besar, kecil, dan jenisnya juga majemuk dari jenis anjing Shih Tzu, Rottweiler , Pug, Pomeranian hingga anjing hutan yang tidak jelas jenisnya apa. Tapi ini bukan soal warna, jenis atau apapun. Ini soal hala dan haramnya anjing dan sebuah pertanyaan kenapa Sang Tuhan mengharapkan ciptaan-Nya?
“Sebaliknya, seandainya tuhan bilang air liur anjing itu tidak najis, suci, baik buat kesehatan, menambah tenaga, penuh berkah, bisa menambah rejeki dan melariskan dagangan, atau bisa mengobati kadas, kudis, kurap dan seterusnya, apakah kita akan minum air liur anjing ?“
Sekali lagi aku tertohok oleh argument itu.
“Entahlah!”
Aku lebih memilih menikmati secangkir kopi dari pada membahas soal anjing. Aku lebih suka memandang langit yang majemuk dari pada membahasa anak anjing jadi maaf, aku tidak tertarik untuk membahasa soal anjing itu, karena aturannya sudah jelas. Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bila anjing minum dari wadah air milikmu, harus dicuci tujuh kali.(HR Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW bersabda, "Sucinya wadah minummu yang telah diminum anjing adalah dengan mencucinya tujuh kali dan salah satunya dengan tanah.(HR Muslim dan Ahmad).
Dan sudahlah, sebaiknya aku tidak membawa masalah anjing ini ke dalam mimpi, biarkan dia menjadi anjing dan aku menjadi manusia. Biarkan saja banyak nyamuk dan aku tetap manusia.
Sore semakin menjelang, warung di pinggir pantai itu sunyi. Hanya ada aku sendiri, yang telah di tinggal pergi oleh sobatku yang tadi. Mungkin dia kecewa karena aku tidak menanggapi komentarnya soal anjing. Tapi aku memang tidak suka dan aku punya tidak mau. Kubiarkan dia pergi dengan rasa dongkol dihatinya, kubiarkan dia pergi dengan kecewa di hatinya. Aku egosi kok. Semua orang tau itu.
Anak-anak anjing itu masih saja terus menyusu, mencari isi perut dari isi perut ibunya yang lelap dalam tidurnya, tidak terganggu. Walau aku melihatnya dari sebrang jalan, aku bisa melihatnya dengan jelas, mereka bahagia. Mereka hidup rukun dan mereka bahagia. Walau aku hanya melihatnya dari jauh, aku tau kalau mereka tidak sadar ada jutaan umat yang membenci mereka namun ada juga jutaan mansia yang mengukai anjing. Hidup memang tidak seperti nasib anjing, di sukai kadang juga di benci. Tergantung dari sisi mana kita melihatnya.
Cieettt…..Bruak!
“Anjing! Apa kamu ndak punya mata?”
Hardik seorang pria yang terjatuh dari motornya.
“Astagfirullah!” aku segera berlari mendekati pria itu.
“Anda tidak apa-apa?” sapaku sembari membantunya berdiri lebih tegak.
“Tidak apa-apa!” sahutnya ketus.
Tempat yang sepi itu tiba-tiba menjadi gaduh dengan kemunculan banyak warga. Aku menatap sekelilingku, apa sebenarnya yang terjadi? Mataku terlalu focus pada anak-anak anjing yang tadi.
Pada sudut yang lain, sekerumuman warga tampak gelisah dan mulai gaduh. Aku mendekat, seorang anak kecil tampak terkulai pada pelukan seorang pria tua. Siapa dia? Apakah pria itu tadi menabrak anak kecil itu dengan motornya? Bisa jadi demikian.
“Tidak apa-apa, dia tidak apa-apa, hanya lecet saja.” Sahut pria itu menjawab pertanyaan bertubi dari warga yang entah datang dari mana.
“Maafkan cucu saya, dia tidak melihat jalan saat menyebrang,” ucap pria tua kepada pengendara motor yang berdiri tak jauh darinya.
Pria itu tak menjawab, dia berdiri dengan angkuhnya, layaknya manusia tanpa dosa yang begitu mudah mengup kata ‘anjing’. Sudahlah, anak itu juga tidak apa-apa, menangispun tidak karena dia hanya kaget lalu terjatuh di jalan aspal sore itu.
Kembali hening, lalu aku memutuskan untuk pulang saja. Tidak ada yang menarik sore ini, hanya anak-anak anjing yang menyusu pada ibunya, hanya seorang teman yang ingin sekali membahas soal anjing, dan hanya seorang pria yang mengumpat dengan kata ‘anjing’.
Hidup ini tidaklah kaku, hidup ini felsibek seperti air, di masukkan ke mana saja, di tempatkan ke mana saja toh bentuknya juga akan mengikuti wadahnya. Sang Tuhan selalu punya rencana untuk umat-Nya, seperti Dia telah menciptakan nyamuk dan anjing, dua binatang yang berbeda yang dianggap hina namun juga punya manfaat. Begitu juga dengan cinta, kata itu ada karena memang mempunyai makna, begitu juga dengan mendung, kemajemukan warnanya juga punya makna. Begitu juga dengan kita, manusia hadir dengan segala bentuk dan keunikannya juga punya makna….

Endik Koeswoyo
Yogyakarta, 9 Maret 2009





Salam Budaya:
Endik Koeswoyo
Jl. Swadaya 604 Yogyakarta.
email: endik_penulis@yahoo.com
Phone: 0817 323 345

Mari Mencintai Indonesia Apa Adanya


Manfaatkan Blog Anda Dengan Mengikuti : KUMPUL BLOGER



http://Kumpulblogger.com/signup.php?refid=6018
Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Scriptwriter. Freelance Writer. Indonesian Author. Novel. Buku. Skenario. Film. Tv Program. Blogger. Vlogger. Farmer

Posting Komentar untuk "Sebuah Cerpen Berjudul Anjing"


Endik Koeswoyo

SimpleWordPress

 

SimpleWordPress