THE NEXT TARGET…



Apa yang diharapkan oleh mereka-mereka yang berpacaran? Ada banyak jawaban yang di berikan seputar pertanyaan singkat itu. Ada berbagai macam argument yang di berikan.
Para gadis lebih tertutup untuk memberikan sebuah alasan.
"Gue berpacaran biar ada yang memperhatiin gue, di rumah gue tidak punya keluarga cowok. Setelah berpacaran? Ya…paling-paling makan bareng, jalan-jalan ke Mall atau ke tempat-tempat hiburan yang cocok buat kaum muda."
"Kalau saya ya biar nggak di bilang cewek yang tidak laku. Cinta? Iyalah, masak saya pacaran tidak punya cinta?"
"Dulu sih sebatas pegangan tangan, tapi pada akhirnya kita berani berciuman dan terus berlanjut. Berlanjut kemana? Itu urusan saya dengan pacar saya dong! Pikir saja sendiri."
"Kalau aku lebih suka sama cowokku yang dulu, dia tidak macam-macam. Yang sekarang? Dia itu suka pegang-pegang daerah sensitive aku, padahal aku paling tidak tahan kalau sudah diraba sedikit saja. He…he…"
"Jelas yang saya cari sebuah rasa damai, dimanja, disayang! Apa Mas nggak pernah pacaran?"
Ha…ha…saya hanya bisa tertawa dan tidak menjawab pertanyaan itu. Lalu mengalihkan perhatian saya pada segerombol cowok-cowok yang sedang nongkrong di dekat pintu gerbang.
"Gue berpacaran yang mencari kepuasan lahir batin!"
"Pertama hanya pegangan tangan. Target selanjutnya? Mungkinsetelah nanti boen pegang-pegangan kami akan mecoba hal lain semisal; berciuman. Kalau sudah mau di cium pastilah mau diraba. Ha…ha…"
"Tau sendirilah Mas, cowok pasti menginkan hal ‘itu’! Ngomong-ngomong Mas ini siapa kok tiba-tiba nanya seperti itu?"
" Saya hanya orang iseng kok! Makasih ya?"
Saya langsung meninggalkan pintu gerbang sekolah itu. Menuju jalan raya lalu naik sebuah bus Jurusan Jogja dan tidur didalamnya dengan nyenyak. Dalam setiap kesempatan saya memang sering berbicara dengan banyak orang terutama kaum muda yang usia di bawah saya, sekedar bertukar pendapat atau bertukar pengalaman selain melepas kebosan dalam sebuah perjalan panjang yang sering saya lakukan.
Dulu ketika saya masih SMU, sudah banyak yang bercerita tentang hubungan mereka dengan para kekasihnya. Memang alasannya bermacam, ada yang mencari kepuasan lahir batin, ada yang sekedar iseng biar tidak menyandang gelar jomblo, ada juga yang memang benar-benar saling jatuh cinta.
Apapun alasannya, target selanjtnya adalah hubungan yang lebih menantang. Biasa berciuman, bisa salaing meraba dan pada akhirnya saling menindih. Hi…menakutkan bila sudah mencapai tahap terakhir.
Apa semua seperti itu?
Jawabnya tidak, masih banyak yang berpacaran dan menjaga pasangan mereka sebaik mungkin.
"Saya berpacaran sudah lebih tiga tahun, jangankan mencium, memegang tangannya saja saya sudah gemetaran. Ha…ha…apa saya cowok yang kelainan ya?"
"Saya mencimnya berapa kali ya? Satu, dua, tiga…pokoknya tidak lebih dari sepuluh kali. Berapa lama berpacaran? Dua bulan! Ngagk, nggak saya pacaran dua tahun lebih.’’
"Dulu saya hanya memandangnya saja, lalu saya memagang tangannya saja, lalu saya mencium bibirnya saja, lalu saya tidak berani lagi. Takut dosa!"
"Kata mami gue, jangan pernah menyakiti orang yang elo cintai, jadi saya tidak pernah memaksa cewek gue untuk berhungan badan."
Huh…saya menghembuskan nafas pelan karena senang dengan komentar itu. Masih ada yang mampu menahan nafsunya dan tidak semua yang berpacaran selalu melakukan hubungan ‘itu’. Setidaknya asumsi buruk yang beredar di masyarakat tentang pacaran dan akibat negative-nya bisa di tepis walau sudah ter-amat sangat sulit.
Kalau di bilang target, mungkin terlalu kasar. Tapi setidaknya seperti itulah ungkapan yang tepat. Setelah sepasang kekasih ini meresmikan dirinya, maka keduanya akan saling berbagi. Berbagi perasaan dan berbagi keinginan. Tidaklah aneh bila tahap demi tahap yang mereka lalui selalu berubah dari yang paling sederhana hingga yang paling sulit.
Ada yang bilang, ada semacam kekuatan cinta dari dalam diri yang selalu menyuruh untuk terus berusaha. Bahkan ada asumsi yang mengatakan kalau sudah melakukan hubungan badan, mereka tidak akan atau sulit untuk berpisah maupun di pisahkan. Itu hanya asumsi beberapa Pria, tidak semua kok! He…he…
Terlepas benar atau tidak pendapat di atas tidaklah dapat di jadikan tolak ukur sedalam mana pasangan kita mencintai kita. Hanya hati kecillah yang mengetahui besar kecilnya rasa cinta itu. Kedalaman cinta tidaklah dapat di ukur dari dalamnya ‘lubang’. Kalaupun semua memerlukan tahap dan proses, lagi-lagi itu wajar. Masa berpacaran adalah saat-saat yang paling membahagiakan. Sebuah proses untuk saling menjajaki satu sama lain, tapi kita harus hati-hati melakukan proses penjajakan ini. Mumpung belum terlanjur, sembunyikan daerah-daerah tertentu yang Anda miliki. Berikan setelah Anda dan pasangan benar-benar resmi nanti.
Pada suatu ketika, pada saatnya nanti Anda akan mengalami sebuah gejolak rasa yang sangat aneh. Anda pasti merasakan itu, itulah cinta. Pada saatnya nanti pula, Anda yang kini berusia muda akan menemukan pasangan hidup Anda, seseorang yang akan melakukan apapun demi Anda. Yakinlah akan hal itu, yakinlah kalau saat itu akan datang dan disanalah Anda akan merasakan sebuah rasa yang dasyat dan maha hebat, kasih sayang namanya.
Ada kemungkinan pula, suatu ketika Anda akan teringat seseorang yang pernah Anda cintai. Terimalah itu dengan senang hati, di situlah Anda di uji oleh sebuah kata yang biasa di sebut kesetiaan. Yeach…kesetian adalah target akhir dari sebuah rumah tangga, bila Anda bisa menjadi orang yang setia pada pasangan disanalah cinta yang sebenarnya hadir dan menghiasi kehidupan Anda yang indah. Dengan kesetaan yang Anda punya, segala sesuatu akan mudah diatasi. Kesabaran dengan sendirinya akan mucul tanpa anda sadari.
Pingin tau lebih lanjut menyoal pacaran di kalangan remaja? Tunggu sebuah buku kocak pembangun jiwa yang sedang saya tulis....Doakan ya....semoga bisa cepet terbit....
Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Scriptwriter. Freelance Writer. Indonesian Author. Novel. Buku. Skenario. Film. Tv Program. Blogger. Vlogger. Farmer

Posting Komentar untuk "THE NEXT TARGET…"


Endik Koeswoyo

SimpleWordPress

 

SimpleWordPress