Sinopsis FTV SCTV
PANEN CINTA PUTRI RAJA
Cerita & Skenario
Endik Koeswoyo
Gusti sangat prihatin dengan nasib para petani di kampungnya, dia melihat para petani sudah tua-tua semua, termasuk Pak Jono ayahnya yang sudah tua masih harus tetap menggarap lahan pertanian miliknya yang berhektar-hektar. Setelah lulus kuliah Gusti akhirnya memilih meneruskan usaha Ayahnya, menjadi petani, dia tidak setuju ketika Pak Jono menawarkan pada Gusti untuk menjual saja tanah-tanah mereka, harga tanah lagi mahal, banyak di bangun hotel di sekitar Jogja ini. Gusti tidak mau, dia akan melanjutkan karier Ayahnya.
Leny kekasih Gusti tidak terima dengan keputusan Gusti menjadi Petani, nggak keren banget. Leny maksa Gusti kerja lain, kerja di kantor biar keren, pakai jas pakai dasi. Masak lulus S1 malah jadi petani? Gusti tetep ngotot, dia milih jadi petani, nggak ada bos, kerja santai dan suka-suka, plus dia mau nunjukin ke generasi muda kalau menjadi petani juga bisa keren. Karena Gusti ngotot jadi petani, Leny kesel, mutusin Gusti. Gusti sedih, nggak didukung kekasihnya. Tetapi Gusti terpacu, dia akan buktiin ke Leny kalau jadi petani bisa sukses.
Tetapi menjadi petani tidaklah semudah yang dibayangkan Gusti, dia harus mandi keringat menggarap lahan bersama Ayahnya dan beberapa tetangga yang membantunya. Suatu hari, ketika sedang mencangkul di sawah, Gusti menemukan sebuah kotak kayu, ketika di buka isinya satu buah patung dari batu. Gusti membawa patung itu pulang, di jadikan hiasan di kamarnya. Gusti memberi nama patung itu Putri.
Gusti mendatangi Leny, mengajaknya balikan, tetapi Leny bilang dia sudah jadian sama cowok lain, pegawai Bank, gajinya tinggi, mobilnya keren. Gusti putus asa, dia hampir menyerah jadi petani. Dengan malas, keesokan harinya Gusti ke ladang, dia malas-malasan nyangkul tanah, dia kaget, nemu lagi satu kotak, sama dengan yang kemarin dia temukan. Ketika di buka, isinya sebuah buku kuno bertuliskan huruf Jawa kuno, dan sebuah kalung emas. Gusti membawanya pulang. Di rumahnya Kalung emas yang dia temukan itu dikalungkan di patung batu yang ada di mejanya. Buku yang dia temukan itu dia baca sambil tiduran. Selesai baca buku, Gusti keluar kamar, di panggil Ibunya untuk makan malam.
Setelah makan, Gusti kembali ke kamar, dia kaget bukan kepalang, di dalam kamarnya ada seorang Putri yang sedang menangis tersedu. Putri itu ternyata Dewi Roro Watu, patung batu yang ditemukan Gusti adalah wujud kutukan dari Sang Putri. Putri itu menangis karena bahagia bisa kembali menjadi Putri. Gusti panik bukan kepalang. Dia berusaha menyembunyikan Putri dari Ayah dan Ibunya. Putri itu bingung apa yang terjadi? Gusti berusaha jelasin, tetapi Putri Nggak bisa paham. Bahkan Putri mengancam Gusti akan menghukum Gusti karena kurang ajar sama Putri, dia anak Raja, dan Gusti harus patuh pada anak Raja. Gusti nggak bisa jelasin. Putri malah marah-marah, dia ngotot keluar kamarnya, dengan baju gemerlap. Ibu dan Ayah Gusti yang melihat seorang putri keluar sambil marah-marah malah jatuh pingsan, dikira hantu. Gusti makin panik, karena Putri Roro malah jalan seenaknya keluar rumah.
Dalam kepanikan nya, Gusti terus mengejar Putri mengingatkan Putri agar tidak keluyuran, jaman sekarang sudah beda. Putri nggak percaya, dia terus jalan. Di jalan depan rumah Gusti, beberapa pemuda tertawa ngakak melihat dandanan Putri, bahkan salah satu pemuda teman Gusti mengatakan kalau ada perempuan Gila. Gusti jelasin, dia bilang gadis ini sepupunya, lagi belajar Acting, mau bikin film di Jogja. Putri jalan terus, nggak peduli sama Gusti. Putri itu heran dengan perubahan yang terjadi. Putri heran melihat lampu jalan, melihat motor, mobil dan lain-lain. Dia jadi semakin bingung. Gusti terus meyakinkan Putri untuk kembali ke rumahnya. Putri akhirnya menyerah setelah dia merasa asing di tempat Jaman modern itu.
Gusti panik, Putri menangis sesenggukan di rumahnya, dia ingin pulang ke keraton. Gusti tanya di mana sebenarnya keraton itu berada? Putri bilang keraton nya bernama Keputren Ratu Boko. Gusti bilang tempat itu sudah tidak ada. Dari cerita Putri Roro, Gusti menduga kalau Putri Roro berasal dari jaman Rakai Panangkaran tahun 750-an. Sudah 1300 tahun yang lalu. Keputren Ratu Boko sudah hancur. Putri Roro sangat tidak percaya dengan cerita Gusti. Gusti meminta putri istirahat di kamarnya, besok pagi dia akan mengajak Putri ke sana, tetapi putri harus ganti pakaian.
Pagi harinya, Gusti membelikan baju untuk Putri. Gusti jelasin ke Ayah dan Ibunya siapa gadis muda yang ada di rumah mereka itu. Walau tidak percaya Ayah dan Ibu Gusti terpaksa harus percaya dan menurut saja pada Gusti. Mereka harus menghormati Sang Putri, patuh dan tunduk. Putri memang menjadi sosok yang terlihat sangat manja, semua minta dilayani. Ibu dan Ayah Gusti melayani semua kebutuhan Putri. Setelah sarapan dan makan bersama Ayah dan Ibu Gusti, Gusti membawa Putri ke situs Ratu Boko dengan naik motor milik Gusti, Putri minta naik kereta Kuda, Gusti harus jelasin kereta kuda sudah tidak ada.
Di situs Ratu Boko, Putri hanya bisa menangis. Dia sedih, benar kata Gusti, semua sudah berubah. Gusti menemani Putri keliling Situs Ratu Boko, di sini Putri cerita tentang kutukan yang menimpanya. Saat itu dia hendak di nikahi oleh seorang Pangeran, tetapi Putri Roro menolak, sehingga di kutuk dan menjadi Batu. Gusti mastiin, apakah putri ini Roro Jongrang? Dia bilang bukan, namanya adalah Dewi Putri Roro Pembayun. Gusti mencoba menangkan Putri, dia mengajak Putri pulang kerumahnya. Mereka akan mencari informasi tentang bagaimana cara Putri kembali.
Di rumahnya, Gusti membaca-baca buku Kuno yang dia temukan, dia juga mencari informasi di internet, tetapi dia tidak menemukan nama Dewi Putri Roro Pembayun. Dia kaget mendengar Putri dan Ayahnya bercanda di ruang tamu. Gusti mengintip, Putri terlihat akrab dengan Ayah dan Ibunya Gusti.
Keesokan harinya, Gusti membawa Putri keliling Jogja, dia mendatangi museum, atau lokasi lain yang dianggap bisa menemukan informasi mengenai Putri. Tetapi hasilnya Nihil, mereka tidak menemukan cara bagaimana Putri bisa kembali ke asalnya. Putri sangat sedih, dia tidak punya siapa-siapa. Gusti menguatkan Putri, dia masih punya keluarga di sini, ada Gusti dan orang tuanya yang menerima Putri dan melindungi Putri. Putri sedikit lega, dia bilang ke Gusti jika dia tidak bisa kembali ke kerajaannya, maukan Gusti menikahinya? Gusti jadi bingung sendiri. Dia belum bisa memberikan jawaban, Gusti takut kenapa-napa. Bahkan ketika Gusti cerita itu ke Ayah dan Ibunya, Ayah dan Ibu Gusti tidak setuju, jangan-jangan Putri itu makhluk halus atau bangsa Jin. Bisa-bisa Gusti jadi tumbal. Gusti makin bingung.
Sore harinya, Gusti gelisah di teras rumahnya, saat itu muncul Leny, Leny meminta maaf sama Gusti, ngajak balikan lagi. Dia nyesel mutusin Gusti, dan pegawai Bank yang di harapkan akan menikahi Leny ternyata udah beristri. Leny nyesel banget. Dia mohon sama Gusti, dia mau jadi istri Gusti. Gusti jadi makin bimbang. Tanpa sengaja, ternyata kejadian itu di lihat Putri dari jendela rumah. Putri jadi sedih, ternyata Gusti punya calon istri. Putri menangis, dia takut, tidak punya siapa-siapa di dunia ini, dan hanya Gusti saja yang percaya padanya.
Gusti semakin gelisah, beberapa hari ini Leny selalu datang menemuinya. Bahkan Leny mulai memusuhi Putri yang tidak jelas asal usulnya. Leny benar-benar nggak mau kehilangan Gusti. Melihat dirinya menjadi penghalang dalam hubungan Leny dan Gusti, Putri memilih meninggalkan rumah Gusti tanpa sepengetahuan Gusti. Gusti yang mengetahui Putri menghilang jadi bingung. Dia cari kemana-mana, nggak ketemu. Akhirnya Gusti menebak, jangan-jangan Putri ke Ratu Boko. Dan benar saja, ternyata Putri memang kembali ke Ratu Boko. Dia menangis sendiri di salah satu sudut candi. Gusti meminta maaf, dia jelasin siapa Leny dan hubungan mereka sudah berakhir. Gusti janji dia akan menikahi Putri, jadi Putri nggak usah khawatir, nggak usah takut. Putri masih tidak mau, dia tidak mau merusak hubungan Leny dan Gusti. Gusti jadi bingung sendiri, karena Putri tidak mau diajak pulang. Gusti mutusin buat menemani Putri, kalau Putri nggak mau pulang, Gusti juga nggak mau pulang. Karena kasian sama Gusti, Putri akhirnya mau diajak pulang oleh Gusti.
Sesampainya di rumah, Gusti kaget, sudah ada Leny yang menunggu. Putri semakin sedih, apalagi Leny begitu tidak suka padanya. Putri langsung masuk rumah, sementara Gusti bicara dengan Leny di halaman. Gusti meminta pada Leny untuk tidak lagi mengusiknya, semua sudah berakhir. Gusti sudah menghapus semua mimpi indahnya bersama Leny, karena Leny yang meninggalkan Gusti saat dia butuh penyemangat hidup. Leny kesal, dia pergi dari rumah Gusti dan akan melupakan Gusti selamanya.
Di dalam rumah, Putri hanya menangis sedih, Pak Jono dan Bu Jono menghibur Putri. Gusti yang bimbang hanya bisa melihat dari ambang pintu.
Hari-hari berlalu, Putri terlihat selalu murung. Di kebunnya Gusti juga terlihat tidak semangat bekerja. Gusti benar-benar bingung dengan semua yang menimpanya. Dia masih tidak percaya dengan Putri yang berasal dari patung batu itu.
Suatu hari, Gusti mengajak Putri ke kebunnya, dia membawa kota kayu yang dia temukan, Gusti cerita di tempat itulah dia menemukan patung batu dan buku serta kalung emas. 2 buah kotak kayu, sebuah kalung dan sebuah buku kuno dibawa. Saat itu Putri melepas kalungnya, dan dia langsung berubah jadi patung batu kecil. JRENG. Gusti panik. Dia mikir, jangan-jangan kalung ini yang membuat Putri jadi manusia? Gusti penasaran, dia pasangin kalung ke patung batu, dan benar saja, beberapa saat kemudian patung itu berubah menjadi Putri.
Malam harinya, Putri muncul dari kamar, dia melihat Gusti tidur di ruang tamu. Putri pamit sama Gusti, dia sudah tau jalan pulang, dengan melepas kalung yang dia pakai, Putri akan menjadi batu, dan ketika dia menjadi batu, Putri kembali ke alam asalnya. Gusti sedih, dia tidak mau kehilangan Putri. Tetapi Putri sudah memutuskan, dia akan pergi. Dia meminta Gusti untuk mengubur kembali patung, buku dan kalung itu di tempat semula. Dan Putri sangat berharap Gusti tidak memasangkan kalung itu pada patung Putri. Hanya itu permintaan Putri. Gusti dengan sedih menyanggupi permintaan Putri. Malam itu, Putri kembali menjadi batu, Gusti memasukkan kalung dan buku dalam satu kotak, dia juga memasukkan patung batu pada kotak yang lain. Besok pagi, dia akan mengubur semuanya di tempat dia temukan.
Sambil sedih dan berlinang air mata, Gusti mengubur semuanya di tempat semula. Gusti tidak rela, tetapi dia harus mau mengembalikan Putri ke asalnya. Gusti berusaha melupakan semuanya. Dia kemudian kembali bekerja, sebagai petani seperti cita-citanya.
Beberapa hari berlalu, Gusti di rundung pilu, makan tak enak, tidur tak nyenyak. Gusti memutuskan untuk mengambil kotak itu kembali, tetapi saat di gali, kotak-kotak itu tidak ada, sudah hilang tanpa bekas. Gusti sangat-sangat sedih dan menyesal, dia benar-benar kehilangan Putri. Gusti benar-benar kecewa dan sedih dengan hidupnya. Dia termenung di tepi kebun, di bawah semua pohon yang cukup rindang. Saat itu datang seorang perempuan, dari Kota. Gusti menoleh, kaget. PUTRI? Ternyata bukan Putri, gadis itu bernama Caroline, cantik, pakai kacamata hitam dan sepatu hak tinggi, dia adalah anak pengusaha perhotelan yang hendak membeli tanah milik Gusti. Tapi wajah Caroline sangat mirip dengan Putri. Caroline bilang dia baru pertama ini ke Jogja, selama ini dia hidup di Singapura sama Ibunya. Keluarganya punya usaha perhotelan, dan wilayah Jawa tengah diwariskan ke Caroline, dia menemui Gusti karena menurut Pak Jono, Gusti yang punya keputusan buat ngejual tanah ini. Gusti bilang dia nggak akan jual tanah miliknya, dia mau jadi petani, generasi petani sudah habis, kalau dia jual makin habis. Caroline jadi salut sama Gusti. Dia ajakin makan malam, Gusti nggak mau, dia nggak bisa di lobby, sekali tidak tetap tidak. Caroline makin tertantang, dia bilang dia tidak akan meloby Gusti, dia hanya ingin makan malam. Caroline memberikan kartu nama pada Gusti. Gusti bahkan nggak mau menerimanya. Caroline selipkan kartu nama di kantong baju Gusti. Dia akan menunggu Gusti di restoran salah satu hotel miliknya. Gusti nggak mau dateng. Caroline pergi.
Malam harinya, Gusti benar-benar gelisah, dia memikirkan kenapa wajah Caroline sangat mirip dengan Putri? Akhirnya Gusti mendatangi Caroline di restoran hotel. Di restoran itu sangat sepi, ternyata semua ruangan sudah di booking khusus untuk menyambut Gusti. Di sebuah panggung kecil, tampak seorang perempuan menari, di iringi Gamelan yang mengalun lembut. Gusti di sambut pelan, dipersilahkan duduk. Saat itu penari berbalik, dan Gusti syok, penari itu sangat mirip dengan Putri. Gusti mendekati penari itu. Ternyata dia adalah CAROLINE, bukan putri seperti yang dipikirkan Gusti.
Caroline yang masih berbusana penari duduk berhadapan dengan Gusti. Gusti memastikan soal tanah, Caroline hanya senyum saja, ini diluar jam kerja, tidak ada bahasan soal tanah. Caroline hanya ingin makan dan dia mau kasih hadiah pada Gusti. Gusti heran, hadiah apa? Dia nggak mau kalau disuap dengan hadiah biar mau jual tanah. Sekali lagi Caroline tegesin, dia nggak lagi minat sama tanahnya Gusti, bahkan Caroline janji bakal membeli dan memasarkan produk pertanian Gusti ke luar negeri, beras dan cabe dari Indonesia sangat laku di Timur Tengah. Seorang pelayan datang, membawa sebuah kotak kayu, di tutup kain kuning. Hadiah itu diletakkan di atas meja oleh pelayan. Caroline bilang, itu hadiah untuk Gusti. Isinya sebuah buku kuno dengan tulisan bahasa Jawa, kalau Gusti bisa membacanya, apapun yang diminta Gusti akan dia kasih. Gusti tertawa, ngaco aja nih cewek kota. Gusti penasaran dia membuka penutup hadiah yang berupa kain kuning, ketika di buka, Gusti kaget, itu dalam kotak kuno yang dia temukan tempo hari. Gusti buru-buru membukanya. Di dalamnya ada buku kuno yang di temukan Gusti. Gusti tidak habis pikir, kenapa bisa ada pada Caroline? Caroline bilang, kotak dan buku itu adalah warisan dari neneknya, konon kata Nenek Caroline, Caroline akan bisa hidup bahagia ketika menemukan cowok, masih muda, pekerjaanya petani dan bisa membawa buku itu sampai selesai. Kriteria itu pada Gusti, muda, petani, dan tinggal satu lagi, bisa atau tidak baca buku itu? karena menggunakan tulisan huruf jawa kuno.
Dengan rasa tidak percaya, Gusti akhirnya membaca buku itu. dan dia bisa membacanya. Caroline takjub, dia bilang ke Gusti, Gusti harus segera menikahinya. Gusti tidak mau, kenal aja baru tadi masak diajak nikah? Dan Gusti nggak suka dengan Caroline, nggak cinta… Gusti mau pergi, tetapi di tangkap 2 bodyguard Caroline. Caroline tertawa, bilang kalau Gusti nggak akan bisa kabur. Gusti berontak minta dilepasin. Caroline lalu deketin Gusti, dia membuka selendang yang melilit di lehernya, tampak sebuah kalung melingkar. Kamu beneran nggak mau menikah sama saya? Gusti kaget, senang bahagia. Putri? Kamu Putri? Caroline tersenyum, hanya suamiku yang boleh memanggil Putri. Gusti mau, dia mau menikah, sekarang juga ayuk. Caroline bales nggak mau, tidak mau, tadi aja nolak. Gusti mohon, kalau Caroline adalah Putri Roro Pembayun, dia sangat mau… Putri tersenyum… mengalunkan selendang tarinya ke leher Gusti. Besok kita ke penghulu…
- SEKIAN -
Om boleh nanya gc,?
BalasHapusSaya telah membaca novel nya dan menontonftv nya,. Siapa yg bikin sekenario dan ngisi dialog nya om,. Hehe maaf ya boleh kah saya tau
BalasHapusDapet inspirasi begian dari mana sii om??
BalasHapusUEU