RINDU SUARA ADZAN







RINDU SUARA ADZAN

Penulis Skenario:
Endik Koeswoyo


Draf 1 – 03 Juni 2013








SINOPSIS

Mengisahkan Akram (25) pemuda yang rajin ke mesjid dan kerap menjadi muadzin. Suara adzannya yang khas sudah dikenal oleh seluruh penduduk desanya. Silvi (22) gadis berkerudung yang rumahnya tak jauh dari mesjid selalu menantikan suara adzan Akram sebagai penanda waktu shalat telah tiba. Keduanya telah lama saling mengenal dan menyukai satu sama lain, namun masing-masing memendam perasaannya. Akram yang merasa status keluarganya lebih rendah dari keluarga Silvi yang ayahnya seorang Lurah dan orang terpandang di desa mereka.

Akram yang meskipun ia telah menyelesaikan jenjang pendidikan S1 namun hingga sekarang masih belum menemukan pekerjaan yang tetap, ia merasa tak pantas mengungkapkan rasa sukanya pada akhwat yang telah lama dicintainya itu, sedangkan Silvi, sebagai akhwat yang telah lama menjaga dirinya dengan berhijab, merasa tak pantas jika mengungkapkan perasaannya pertama kali. Pak Lurah (55), ayahnya Silvi yang jarang datang ke mesjid pun tak terlalu menyukai Akram yang dianggapnya sarjana pengangguran sehingga pertautan hati mereka kian terbentang oleh jurang.

Pak Rahmat (50) ayah Akram yang telah lama mengalami kelumpuhan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya, Bu Kalsum (45) ibunda Akram-lah yang selama ini melayani dan mengurusnya suaminya dengan sepenuh hati dan cinta tanpa pernah mengeluh. Sedangkan  Dina (17) adik semata wayang Akram yang masih duduk di bangku sekolah tak terlalu peduli pada keadaan ayahnya dan kerap pulang terlambat dengan alasan ada kegiatan di sekolah padahal sebenarnya ia jalan-jalan bersama teman-temannya.

Masalah makin runyam ketika ternyata Bu Kalsum punya hutang pada PAK NANDAR (60 tahun), tetangga rumah yang pelitnya minta ampun. Dan rupanya PAK NANDAR ini menaruh hati pada BU KALSUM. PAK NANDRA beberapa kali merayu BU KALSUM agar mau cerai dari PAK  RAHMAT yang sudah lumpuh, tetapi BU KALSUM tetap mencintai suaminya dan akan segera membayar hutangnya ke PAK NANDAR.

Sementara Akram yang menjadi tulang punggung keluarga selama ini dengan bekerja serabutan. Suatu hari Pak Rahmat yang kesehatannya kian terpuruk harus dilarikan ke rumah sakit, Bu Kalsum membicarakan hal itu pada Akram yang kebingungan harus mencari uang kemana sedangkan biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit membutuhkan jumlah yang tak sedikit. Akram hendak menemui Silvi untk meminta bantuan mengenai masalah keluarganya itu, namun niatnya ia batalkan mengingat sikap dan perlakuan ayahnya selama ini tak pernah hangat. Akram semakin panik, apalagi PAK NANDAR juga menagih hutangnya.

Akram pun lantas menemui sahabat lamanya Teddy (30) dengan niat mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang banyak dan cepat. Teddy yang selama ini menjadi preman dan copet malah menawari Akram pekerjaan haram yang telah lama ia jalani itu. Akram semula menolak pekerjaan haram itu,  namun karena kondisi ayahnya di rumah semakin parah, dan hutanganya ke PAK Nandar harus segera di bayar, dengan terpaksa akhirnya Akram menerima pekerjaan yang bentrok dengan hati nuraninya itu. Pekerjaan Akram adalah mencopet, dan menjambret sering kali dia menjual handphone hasil jambretan. Dalam sehari Akram bisa mendapatkan penghasilan rata-rata 1 juta. Dengan pekerjaan barunya itu Akram mendaatkan uang yang cukup besar sehingga ayahnya bisa dibawa ke rumah sakit dan mendapat perawatan yang baik. Hutang keluarganya ke PAK NANDAR juga bisa dia bayar.

Akram yang terpaksa menjalani pekerjaannya sebagai copet dan jambret jarang pulang ke rumah dan jarang ke mesjid, sehingga mesjid kian sepi, Pak Haji Burhan (50) sahabat ayahnya, merasa kehilangan Akram yang selama ini rajin menjadi muadzin. Bukan hanya Pak Haji Burhan, Silvi pun merasa kehilangan suara adzan Akram yang mulai jarang terdengar dari pengeras suara mesjid. Begitu juga dengan BU Kalsum, sangat merindukan suara Adzan putranya itu. Akram sudah pindah ke kota, dan tak seorangpun tau kalau Akram kerjanya sebagai jambret.
Pak Lurah yang telah lama sentiment pada Akram semakin menjelek-jelekkan nama Akram di depan anak gadisnya itu. Silvi yang rajin menengok dan turut menjaga ayah Akram selama beliau dirawat di rumah sakit mencurigai Akram yang setiap pulang membawa sejumlah uang yang cukup banyak. 
Setelah sebulan Akram tidak pulang, Silvi menyusul ke kota, alasannya ingin liburan ke teman kuliahnya dulu, tetapi sebenarnya Silvi mencari Akram. Di kota, Silvi menemukan Akram setelah mencari-cari informasi. Di sebuah pasar yang cukup ramai, Silvi senang ketika dia melihat Akram, Silvi memanggilnya. Tetapi Akram malah panik, karena Akram mengira kalau Silvi melihat aksinya barusan, ambil handphone di tas orang yang baru naik ke bus kota. Akram malah kabur, nggak mau ketemu Silvi. Silvi jadi heran dan makin penasaran. Setelah mencari-cari Akram akhirnya Silvi menemukan Akram di sebuah rumah makan.
Silvi memberanikan diri menanyakan perihal pekerjaan barunya itu pada Akram, namun Akram yang tak ingin pekerjaan barunya itu diketahui Silvi merahasiakannya. Bagi Akram, keluarganya sudah tercukupi segala kebutuhan hidup adalah tujuannya selama ini. Silvi yang merasa Akram telah berubah hanya bisa berdoa untuknya. Setelah ayah Akram mulai sembuh dan pulang dari rumah sakit, Dina yang selama ini berangkat dan pulang sekolah dengan menggunakan angkutan umum mogok sekolah dan meminta Ibunya bicara pada kakaknya Akram untuk membelikannya sepeda motor seperti teman-temannya yang lain. Akram yang sudah dipercaya oleh Teddy akhirnya membelikan adiknya yang sangat ia sayangi itu sepeda motor baru. Dina sangat senang dan membanggakan kakaknya itu.

Seperti halnya Silvi, Bu Kalsum pun mulai mempertanyakan perihal pekerjaan barunya Akram yang setiap pulang ke rumah selalu membawa uang dengan jumlah yang cukup banyak. Namun lagi-lagi Akram yang selama ini menekan nuraninya hanya bisa berbohong bahwa ia membantu temannya yang seorang bos elektronik mengantarkan paket barang menuju alamat para pemesan dengan jumlah upah yang cukup besar. Bu Kalsum hanya bisa mempercayai penjelasan Akram dan mendoakan anak sulungnya itu agar terhindar dari hal yang membahayakan dirinya sendiri.

Dengan penghasilannya, Akram mulai mengontrak rumah yang cukup besar untuk keluarganya dan berharap keluarganya bahagia, namun Pak Rahmat dan Bu Kalsum menolak ajakan Akram untuk pindah ke rumah barunya itu dengan alasan mereka sudah tua dan kerasan tinggal di rumah yang selama ini mereka diami bertahun-tahun, terutama rumah mereka sangat dekat dengan mesjid, itulah yang membuat hati mereka tenang. Mereka bisa beribadah dan memakmurkan mesjid sebagai amal ibadah yang semoga bisa mereka bisa menuainya di akhirat kelak. 

Akram merasa tertohok hatinya mendengar penjelasan ayah dan ibunya itu. Ia merasa kotor, jauh dari mesjid, bahkan shalat lima waktu yang selama ini tak pernah tertinggal kini telah jarang ia dirikan. Akram merasa resah dan mulai merindukan mesjidnya dan menyuarakan adzan seperti yang dilakukannya selama ini. Akram yang kalut dan gusar memasuki kembali mesjid dan menyuarakan adzan. Ia bertemu dengan Pak Haji Burhan dan berbincang banyak dengan orang tua yang selalu menasihatinya itu. Akram yang selama ini telah terjerumus dalam lubang hitam dan merasa telah kotor, apalagi mendengar penjelasan Haji Burhan yang sesuap saja makanan haram masuk ke tubuh, maka empat puluh hari amal ibadah seseorang tidak akan diterima Allah.

Akram merasa selama ini telah meracuni ayahnya, ibunya, dan adiknya dengan uang haram. Akram telah menjerumuskan dirinya dan keluarganya ke dasar jurang neraka jahanam. Akram menangis dipelukan Haji Burhan. Silvi yang hadir di antara mereka meminta penjelasan yang selama ini ia minta. Pada Haji Burhan dan Silvi, Akram membuka rahasianya, bahwa ia terpaksa menjadi seorang maling karena terjepit situasi. Pak Haji Burhan dan Silvi terhenyak mendengarnya. Akram memohon agar hal itu jangan sampai diketahui oleh ayah dan ibunya, takut mereka tak mampu menerima dan kembali terpuruk kesehatannya. Haji dan Silvi pun berjanji asalkan Akram meninggalkan pekerjaannya itu sesegera mungkin.


Bagaimanakah kisah SILVI dan AKRAM? Mampukah keduanya mewujudkan impian mereka? Mampukah Akram keluar dari lingkaran setan yang dia bangun selama ini?
***



KKARAKTERISASI PEMAIN:

1. Akram (25) : Sifatnya baik dan ramah terhadap siapapun. Telah lama menyukai gadis berhijab tetangganya, Silvi. Menyelesaikan pendidikannya hingga sarjana, namun setelah lulus ia sulit mendapat pekerjaan. Senang melantunkan adzan di mesjid dan tak pernah melewatkan shalat berjamaah. Karena kondisi keluarganya yang membuatnya melakukan hal yang bertabrakan dengan hati nuraninya yakni menjadi copet.

2. Silvi (22) : Cantik, berjilbab, dan tak menyombongkan diri meskipun ia berasal dari keluarga berada. Ayahnya yang menjabat lurah dan juga seorang pengusaha pemasaran mobil bekas tak membuatnya menyombongkan diri. Ia telah lama menyukai perangai dan keshalehan Akram, namun ayahnya yang tak menyukai sosok laki-laki yang dianggapnya hanya sarjana pengangguran itu membuat Silvi hanya memendam perasaannya terhadap Akram.

3. Bu Kalsum (45) : Ibunda Akram yang senantiasa bersabar melihat anak sulungnya belum juga mendapat pekerjaan yang selama ini dicarinya. Beliau pun tabah dengan cobaan hidup yang terjadi pada suaminya yang selama beberapa tahun menderita kelumpuhan. Baginya, dengan bersabar dan mendirikan shalat adalah jalan terbaik dalam menjalani berbagai cobaan hidup.

4. Pak Rahmat (50) : Ayah Akram yang mengalami kelumpuhan di kedua kakinya. Berbagai pengobatan baik medis maupun alternative telah ia jalani, namun kesembuhan belum kujung tiba. Ia hanya bisa berdoa dan tabah dengan kondisinya dan selalu bersyukur serta bersabar.

5. Dina (17) : Adik Akram, masih bersekolah di bangku SMA. Selalu manja pada kakaknya, namun Dina kerap menjadi pemurung dengan realita yang terjadi pada keluarganya, ia hanya bisa berharap semoga kakaknya segera mendapat pekerjaan, ayahnya bisa kembali sembuh seperti keadaan semula.

6. Pak Lurah (50) : Seorang pejabat yang berkharisma dan seorang pengusaha yang jujur, sehingga beliau sukses dalam usahanya, jual beli mobil bekas. Beliau tak menyukai Akram dengan alasan bahwa baginya Akram hanya bisa pulang-pergi ke mesjid tanpa berusaha lebih keras agar kehidupannya berubah. Sebenarnya beliau menyukai keshalehan Akram dan menyukai jika pemuda itu dekat dengan anak gadisnya Silvi, namun setelah Akram menunjukkan kepadanya bahwa ia mampu berusaha dan berjuang menuju kehidupan yang lebih baik.

7. Haji Burhan (55) : Seorang sesepuh kampung dan penghuni mesjid yang selalu menyemangati Akram agar ia jangan berputus-asa dengan rahmat Allah yang luas. Beliau selalu mendoakan Akram yang baginya sudah seperti anaknya sendiri agar suatu hari ia menemukan hasil dari apa yang dicarinya selama ini.

8. Teddy (30) : Sahabat lama Akram yang berprofesi sebagai bos copet. Meskipun ia selalu membantu jika Akram mengalami kesulitan, namun ia pula yang menjerumuskan sahabatnya ke dunia hitam.
9. Pak Nandar (60): Tetangga Akram, pelit dan sombong. Sudah punya istri dan anak, tetapi ingin menikah dengan Bu Kalsum. Pengusaha kaya.

 


Salam Budaya: @endikkoeswoyo Mari Mencintai Indonesia Apa Adanya MANFAATKAN BLOG ANDA DENGAN MENGIKUTI KUMPUL BLOGER
Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Scriptwriter. Freelance Writer. Indonesian Author. Novel. Buku. Skenario. Film. Tv Program. Blogger. Vlogger. Farmer

Posting Komentar untuk "RINDU SUARA ADZAN"


Endik Koeswoyo

SimpleWordPress

 

SimpleWordPress