Menangis Di Gelap Malam


Tidak seperti biasanya jika kini aku jalan sendirian menelusuri jalan kecil didepan kost-ku, sementara rokok pemberian teman masih terus ku hisap…
Ini malam telah larut, karena aku sangat percaya pada jam kesayanganku yang memperlihatkan angka digital-nya 23.03. Terdiam sejenak, lalu mengapa satu sudut gang yang satu ini terasa enak untuk disinggahi. Yaa hanya duduk dan menikmati rokok satu-satunya yang tinggla se-senti.
Entah dia itu siapa…, menyapaku, menghampiri dan tiba-tiba memposisikan disamping lamunanku yang hampir klimaks. Aku tak merespon dan merasa tergangu, namun sebagimanapun juga senyum penyambutanku sangtlah otomatis dan manusiawi, walaupun khusus untuk manusia
Indonesia, …Barangkali.
Aneh, cara komunikasinya hebat hingga aku terpaksa mendengarkan terus dan lambat laun masuk dalam pita otak juga. Itu tuh… kisah klasik bahwa ini memang simbol bahwa ini memang
kotabesar, karena ceritanya jika diungkap didesa tidak menarik lagi. Kisah seputar dia serba kekurangan, ortu-nya cerai dan dia ikut nenek-nya. Umur limabelas tahun baru ketemu ibunya lalu setahun lagi menemukan bapaknya… alih-alih bandar togel, sungguh sulit dipercaya. Dramanya begitu baku, kaku dan manja. Apalagi dia masih berani menambahkan tentang pacarnya yang anak orang kaya dan berbadan seksi. Masih belum ku sedekahi komentar,…kuambil satu rokoknya. Setidaknya rokok inilah yang membuatku tidak meniggalkannya sejak tadi. Ia masih terus bercerita mengingat ingatan atau merangkai ingatan secara spontan alias bo’ong, aku juga ngga’ perduli. Namun memang sungguh ASsU dia juga ngga’ perduli apakah aku mendengarkan ceritanya atau tidak. Mungkin nama dia memang assu, karena lupa belum mengenalkan dirinya.
O… yaa, sekarang sudah pada taraf akhir kelihatanya, karena ia sudah mulai menceritakan tentang harapan-harapannya. Tentulah yang ia bilang ingin punya uang banyak, imbasnya yaa biar ngga’ dihina oleh orang tua sang pacar yang kaya itu. Lebih detail lagih,…suatu saat ia pasti jadi orang kaya agar bisa memberikan beras neneknya. Sungguh syahdu-roman harapannya, seakan jika ia seorang cewek ia akan menjual diri walau dijalan-jalan. Namun apa daya kawan…walaupun sedikit cakep tapi tubuhnya sama sekali ngga’ seksi, atletis apalagi nggigolo. Paling anu-nya juga ngga’ besar…!
Nada ceritanya benar-benar seorang yang putus asa, namun dia juga mengimbangi dengan menunjukkan semangatnya untuk tetap ingin menjadi orang kaya. Lanjutan ceritang mengisahkan tentang pacarnya yang diambil paksa oleh orang tuanya, karen akan dijodohkan dengan pria yang lebuh setaraf ekonominya. He…he… Masih belum kusedekahi komentar, …ia hisap roroknya dalam-dalam lalu dihembuskan bersama penat sambil mengubah posisi duduknya menjadi lebuh nyaman. Rasanya aku ingin segera pergi saja. Ingin sekali cepat-cepat meninggalkan si-assu yang mengidap penyakit psiko-dramatisasi itu,…atau nama penyakit yang lain karena itu tadi aku juga ngarang. But yeahh tak apalah! Karena rokonya masih beberapa batang.
Malam semakin terus beranjak mengantarkan fase ceritanya yang semaikin “parah”. Dia bilang kalau sebenarnya dia sudah menikah, mempunyai anak yang lahir tanpa suratnikah, tanpa restu tapi punya ijin dari Tuhan. Lalu… Sudah sekitar empat setengah menitia hanya diam tertuduk, sedangkan aku yaa…tentu saja masih menikmati rokok ‘pemberiannya’. Namun sesaat kemudian ia seperti terperangah…menatapku redup, terlihatpula air matanya mengalir melewati pipi lalu masuk lagi kedalam mulutnya. Kini ia turun dari pagar usang itu, kembali mendekat, dan menepuk bahuku sambil mengatakan “nasip kita sama kawan…,tapi Tuhan pasti memberi jalan biarpun jalan itu remang atau bahkan gelap…!”
Sebelum bayangannya hilang diruas gang berikutnya ia mengucap salam “Selamat malam”. Sayapun menjawab dengan guman, “Assu…!”. Yaa…,karena dia benar. Nasibku memang benar-benar dan memang-memang sama dengan apa yang diceritakannya tadi. Really-really absolutely same…! Apakah dia itu saya…? Aneh!
“Ya…Selamat malam!”, teriakku teriakku menyusul langkah lesunya. (maskoes-2003)
Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Scriptwriter. Freelance Writer. Indonesian Author. Novel. Buku. Skenario. Film. Tv Program. Blogger. Vlogger. Farmer

Posting Komentar untuk "Menangis Di Gelap Malam"


Endik Koeswoyo

SimpleWordPress

 

SimpleWordPress